" Khutbah Jumat: Persiapan Menyambut Ramadhan "
Oleh Kasmuri,
S.Pd.I
(Peserta Sekolah
Tabligh PWM Jawa Tengah di UMPP Pekalongan)
KHUTBAH JUMAT PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ
لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا
مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ
إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ
الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ
الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Kaum muslimin wal
muslimat Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah.
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah karena di
hari yang mulia ini kita dikumpulkan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala
Hari Jumat merupakan hari raya kaum muslimin dalam
setiap pekannya.
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ
وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Kaum muslimin wal muslimat yang dirahmati Allah.
Bulan Ramadhan beberapa saat lagi akan
datang menjumpai kita, bulan yang mulia, yang diharapkan oleh orang-orang
shalih perjumpaan dengannya. Di bulan tersebut, seseorang bisa mengumpulkan
pahala yang banyak dengan waktu yang singkat demi mencapai kedudukan yang mulia
di sisi Allah Ta’la.
Sejenak, marilah kita introspeksi, sudah berapa kali
kita mendapati Ramadhan. Namun, apakah kita telah meraih pelajaran-pelajaran
berharga dari bulan Ramadhan?! Sudahkah Ramadhan membuahkan
perubahan dalam pribadi kita ataukah hanya sekedar rutinitas belaka yang datang
dan berlalu begitu saja?!
Oleh karenanya, perkenankanlah kami pada khotbah kali
ini untuk menyampaikan beberapa pelajaran Ramadhan, semoga dapat kita pahami,
menjadi motivasi, dan dapat kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Bulan Ramadhan merupakan sekolah keimanan dan bengkel yang
sangat manjur bagi orang yang mengetahuinya. Banyak sekali pelajaran yang dapat
diambil darinya, di antaranya:
Ikhlas
Ikhlas merupakan fondasi pertama diterimanya suatu
amalan ibadah seorang hamba. Dalam ibadah puasa secara khusus Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
من صام رمضان إيمانا
واتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan
mengharap pahala Allah, maka akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR.
bukhori dan Muslim)
Demikian pula dalam setiap amal ibadah kita, marilah
kita ikhlaskan murni hanya untuk Allah semata sehingga kita tidak mengharapkan
selain Allah. Ingatlah bahwa sebesar apa pun ibadah yang kita lakukan tetapi
bila tidak ikhlas mengharapkan wajah Allah maka sia-sia belaka tiada berguna.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim no. 1905
dikisahkan bahwa tiga golongan yang pertama kali dicampakkan oleh Allah adalah
mujahid, pemberi shodaqoh, dan pembaca Alquran. Perhatikanlah, bukankah jihad
merupakan amalan yang utama?! Bukankah shodaqoh dan membaca Alquran merupakan
amalan yang sangat mulia? Namun, kenapa mereka malah dicampakkan ke neraka?!
Jawabannya, karena mereka kehilangan keikhlasan dalam beramal.
Mutaba’ah
Mengikuti sunah merupakan fondasi kedua untuk
diterimanya suatu ibadah. Betapa pun ikhlasnya kita dalam beribadah tetapi kalau
tidak sesuai dengan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tertolak dan
tidak diterima. Oleh karenanya, dalam berpuasa kita meniru bagaimana puasa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti mengakhirkan sahur dan bersegera dalam
berbuka.
لاَ يَزَالُ النَّاسُ
بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama
mereka menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur.” (HR. Bukhori-Muslim)
Demikian pula dalam setiap ibadah lainnya, marilah
kita berusaha untuk meniru agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sehingga amal kita tidak sia-sia belaka.
Benarlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa setiap kebaikan dan
kejayaan hanyalah dengan mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
walaupun terkadang akal belum menerima sepenuhnya.
Dalam Perang Uhud, kenapa kaum muslimin mengalami
kekalahan? Jawabannya, karena mereka tidak taat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Oleh karenanya, apabila kita menginginkan kejayaan maka hendaknya
kita menghidupkan dan mengagungkan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
bukan malah merendahkan dan melecehkannya!!
Takwa dan Muroqobah
Meraih derajat takwa merupakan tujuan pokok ibadah
puasa. Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (QS.
Al-Baqarah: 183)
Takwa artinya takut kepada Allah dengan menjalankan
semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya sesuai dengan sunah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karenanya, marilah kita koreksi
dan bertanya pada hati kita masing-masing, apakah kita bertujuan hendak meraih
tujuan puasa ini?! Akankah kita memetik buah ketakwaan ini?! Ataukah kita puasa
hanya menjalaninya dengan anggapan sekadar rutinitas saja?!
Seorang yang berpuasa tidak akan berbuka sekalipun
manusia tidak ada yang mengetahuinya karena merasa takut dan merasa diawasi
oleh Allah dalam gerak-geriknya. Demikianlah hendaknya kita dalam setiap saat
merasa takut dan diawasi oleh Allah di mana pun berada dan kapan pun juga,
terlebih ketika kita hanya seorang diri. Apalagi pada zaman kita ini, alat-alat
kemaksiatan begitu mudah dikonsumsi, maka ingatlah bahwa itu adalah ujian agar
Allah mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang takut kepada-Nya.
Persatuan
Bersatu dan tidak berpecah belah merupakan suatu
prinsip yang diajarkan Islam dalam banyak ayat Alquran dan hadis. Dalam puasa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَوْمُ يَوْمَ
تَصُوْمُوْنَ وَالفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ
“Puasa itu hari (ketika) manusia berpuasa dan hari
raya itu hari (ketika) manusia berhari raya.” (HR. tirmidzi no. 607 dan
dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 224)
Ya, demikianlah ajaran Islam yang mulia. Lantas kenapa
kita harus berpecah belah dan fanatik terhadap kelompok dan golongan
masing-masing, padahal sembahan kita satu, Rasul kita satu, ka’bah kita satu,
dan Alquran kita satu?! Oleh karenanya, marilah kita rapatkan barisan kita dan
rajut persatuan dengan mengikuti Alquran dan sunah, taat kepada pemimpin kita,
dan mengingkari setiap pemikiran yang mengajak kepada perpecahan.
Kembali kepada Ajaran Alquran
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya
Alquran yang berisi petunjuk bagi umat manusia. Allah berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ
الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan
yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Maka hal ini memberikan pelajaran kepada kita kaum
muslimin agar kembali kepada ajaran Alquran dengan membacanya, memahami isinya,
mengamalkannya, dan menjadikannya sebagai cahaya dalam menapaki kehidupan ini.
Kehinaan yang menimpa kaum muslimin pada zaman
sekarang tidak lain adalah disebabkan jauhnya mereka dari Alquran dan sunah.
إِذَا تَبَايَعْتُمْ
بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ
وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى
تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian telah berjual beli dengan sistem al-inah
(salah sistem menuju riba), kalian sibuk dengan ekor sapi, rela dengan tanaman,
meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan Alah
tidak mencabutnya dari kalian sehingga kalian kepada agama kalian.” (HR. Abu
Dawud no. 3462 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 11)
Demikian pula, bencana demi bencana yang menimpa
negeri ini dari tsunami, banjir, tanah longsor, lumpur panas, dan sebagainya,
barangkali semua itu karena perbuatan dosa umat manusia agar mereka segera
menyadari dan kembali kepada ajaran agama yang suci. Allah berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
“Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan
disebabkan ulah perbuatan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)
Demi Allah, sesungguhnya kemaksiatan itu sangat
berpengaruh pada keamanan suatu negeri, kenyamanan, dan perekonomian rakyat.
Sebaliknya, ketaatan akan membawa keberkahan dan kebaikan suatu negera. Allah
berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ
الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ
وَاْلأَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi.” (QS. Al-A’rof: 96)
Kasih Sayang Terhadap Sesama
Bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang
dan kedermawanan, karena bulan itu adalah bulan yang sangat mulia dan pahalanya
berlipat ganda. Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang
yang paling dermawan dan lebih dermawan lagi apabila di bulan Ramadhan, sehingga digambarkan bahwa
beliau lebih dermawan daripada angin yang kencang.
“Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa,
maka baginya pahala semisal oran gyan gberpuasa, tanpa dikurangi dari pahala
yang orang berpuasa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi no. 807 dan dishohihkan
al-Albani)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Islam adalah
agama yang rahmat (kasih sayang) kepada sesama. Bagaimana tidak, di antara nama
Allah adalah Rahman dan Rahim (Maha penyayang), Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam juga adalah penyayang, Alquran juga penyayang, lantas
bagaimana ajaran Islam tidak menganjurkan umatnya untuk berbuat kasih sayang
kepada sesama?!
Oleh karenanya, celakalah segelintir orang yang
melakukan aksi-aksi terorisme dan pengeboman yang sangat bertentangan dengan
prinsip Islam adalah kasih sayang sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat
banyak seperti hilangnya keamanan negara, hilangnya nyawa, rusaknya bangunan,
tercemarnya nama Islam, dan lain sebagainya.
أقول قولي هذا،
وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
KHUTBAH KEDUA
Akhlak yang Baik
Puasa tidak hanya menahan makan dan minum semata,
tetapi lebih dari itu, yaitu menahan anggota badan dari bermaksiat kepada
Allah. Menahan mata dari melihat yang haram, menjauhkan telinga dari mendengar
yang haram, menahan lisan dari mencaci dan menggibah, menjaga kaki untuk tidak
melangkah ke tempat maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan
amalannya serta kebodohan, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan
minumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sinilah kita mengetahui hikmah yang mendalam dari
disyariatkannya puasa. Andaikan kita terlatih dengan pendidikan yang agung ini,
niscaya Ramadhan akan berlalu sedang manusia berada dalam akhlak
yang agung.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa
wanita para sahabat menyuruh anak-anak mereka berpuasa, lalu apabila ada
seorang anak yang menangis minta makan, maka dibuatkan mainan sehingga lupa
hingga datang waktu berbuka.
Demikianlah hendaknya orang tua, mendidik anak-anak
mereka dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah. Ingatlah wahai kaum muslimin wal
muslimat, anak merupakan anugerah dan nikmat dari Allah sekaligus amanat dan
titipan Allah pada pundak kita yang dimintai pertanggungjawabannya kelak di
hadapan Allah.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Marilah kita didik anak kita dengan keimanan, ibadah,
dan ketaatan serta hindarkan mereka dari teman-teman jelek yang kerap meracuni
anak-anak kita. Hal ini lebih ditekankan lagi pada zaman ini di mana pergaulan,
pengaruh, dan polusi-polusi kesucian anak begitu semarak mencari mangsanya
sehingga sedikit sekali yang selamat darinya. Lihatlah mana anak-anak muda
sekarang yang aktif di masjid?! Mana anak-anak muda sekarang yang siap menjadi
imam shalat dan khotib Jumat?!!
Berjuang Melawan Hawa Nafsu
Dalam puasa seorang muslim dituntut untuk melawan hawa
nafsunya. Dia harus sabar menahan rasa lapar dan dahaga serta keinginan
bersenggama yang sangat disenangi oleh nafsu manusia. Dia melawan kemauan hawa
nafsu tersebut untuk mendapatkan ridha dan kecintaan Allah.
Demikian hendaknya setiap kita wahai kaum muslimin
harus lebih mengedepankan cinta Allah daripada kemauan hawa nafsu yang kerap
mengajak kepada kemaksiatan.
وَمَآأُبَرِّئُ
نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَارَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Maka siapa saja di antara kita yang terjerumus dalam
dosa maka hendaknya dia berjuang melawan hawa nafsunya demi mendapatkan
kecintaan Allah.
Konsisten/Terus di Atas Ketaatan
Ibadah puasa mengajarkan kepada kita untuk tetap
konsisten dalam ketaatan. Oleh karena itu, perhatikanlah hadis berikut:
“Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, ‘Adalah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan maka beliau
bersungguh-sungguh ibadah, menghidupkan malam, dan membangunkan keluarganya.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Demikianlah suri teladan kita, justru lebih
bersungguh-sungguh di akhir Ramadhan, bukan terbalik seperti
kebanyakan di antara kita, di awal Ramadhan kita semangat tetapi di
akhir-akhir Ramadhan sibuk dengan baju baru, kue lebaran, dan hiasan
rumah.
Jadi, persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya
menjelang Ramadhan ini. Jangan sampai kita hanya melewatinya
sebagai rutinitas tahunan dan membiarnya berlalu tanpa makna yang spesial.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa keluarga
kami, orang tua kami, istri dan anak-anak kami serta saudara-saudara kami
semuanya.
Ya Allah, perbaikilah keadaan kami, perbaikilah hati
kami, dan perbaikilah keadaan negara kami.
Ya Allah, berilakanlah kekuatan dan hidayah kepada
para pemimpin kami dalam menjalankan amanah-Mu dengan sebaik-baiknya.
Ya Allah, turunkanlah barokah-Mu dari langit dan bumi,
ya Allah luaskanlah rezeki untuk kami dengan rezeki yang halal.
Ya Allah, janganlah Engkau sisakan sebuah dosa seorang
dari kami kecuali Engkau telah mengampuninya, dan suatu hutang kecauli engkau
melunasinya, sakit kecuali engkau menyembuhkannya, dan kesusahan kecuali Engkau
memudahkannya.
0 Comments