Pendahuluan
Di era digital saat ini, arus informasi begitu cepat dan massif. Sayangnya, tidak semua informasi yang beredar memiliki validitas dan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Hoaks atau berita bohong menjadi fenomena yang mengancam kohesi sosial dan keutuhan umat, terlebih jika hoaks tersebut dibalut dengan narasi keagamaan. Dalam konteks ini, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan memiliki tanggung jawab moral, intelektual, dan spiritual untuk menangkal hoaks, khususnya yang mengatasnamakan Islam.
Mengapa Hoaks Berbahaya bagi Umat Islam
Hoaks yang dibalut agama sangat berbahaya karena:
-
Memecah belah umat: Hoaks dapat menciptakan polarisasi dan konflik horizontal di tengah masyarakat.
-
Menyesatkan umat dari nilai-nilai Islam yang otentik: Islam mengajarkan kebenaran, kejujuran, dan tabayyun (klarifikasi), bukan fitnah dan penyesatan.
-
Merusak citra Islam: Ketika umat Islam terlibat dalam penyebaran hoaks, hal ini bisa mencoreng wajah Islam di mata dunia.
Dampak Penyebaran Hoaks dalam Bingkai Agama
-
Radikalisasi dan Intoleransi
Hoaks sering digunakan untuk menggiring opini bahwa kelompok tertentu tidak islami, sehingga mendorong intoleransi dan radikalisme. -
Disinformasi dalam Keputusan Sosial dan Politik
Ketika hoaks menyasar isu-isu kebangsaan, ia bisa menggiring umat membuat keputusan politik atau sosial yang keliru atas nama agama. -
Kehilangan Kepercayaan Publik terhadap Institusi Islam
Jika lembaga atau tokoh Islam ikut menyebarkan hoaks, kepercayaan masyarakat terhadap institusi keagamaan akan menurun drastis.
Pandangan Tokoh Muhammadiyah dalam Menangkal Hoaks
-
Prof. Dr. Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah)
Dalam banyak kesempatan, Haedar Nashir menekankan pentingnya tabayyun sebagai prinsip etis Islam dalam menerima informasi. Ia menyatakan, “Warga Muhammadiyah harus menjadi pelopor dalam membangun literasi digital dan tidak turut serta menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya.” (Sumber: Suara Muhammadiyah, 2021) -
Prof. Dr. Syafiq Mughni (Mantan Ketua PP Muhammadiyah)
Beliau menyatakan bahwa hoaks adalah tantangan baru bagi dakwah Islam. “Hoaks yang dikemas dengan simbol agama sangat membahayakan karena ia merusak esensi dakwah yang penuh hikmah dan kasih sayang,” ujarnya dalam diskusi publik tentang literasi media Islam. (Sumber: Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2020) -
Dr. Abdul Mu’ti (Sekretaris Umum PP Muhammadiyah)
Mu’ti mendorong masyarakat Muhammadiyah untuk membudayakan critical thinking dan memverifikasi informasi sebelum membagikannya. Dalam salah satu tulisannya, ia menegaskan bahwa menyebarkan hoaks adalah bentuk ghibah modern yang dosanya tidak kalah besar. (Sumber: Kompas, 2019) -
Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii, Cendekiawan Muhammadiyah)
Buya Syafii, almarhum tokoh pemikir Islam yang sangat dihormati, pernah mengatakan bahwa hoaks adalah virus nalar. Ia menekankan pentingnya membangun rasionalitas dan kejujuran dalam kehidupan berbangsa dan beragama. “Umat Islam harus menjadi pionir dalam menjaga kebenaran, bukan malah jadi korban atau pelaku hoaks.” (Sumber: Maarif Institute, 2018)
Strategi Muhammadiyah Menangkal Hoaks
-
Literasi Digital Berbasis Masjid dan Amal Usaha
Masjid dan sekolah Muhammadiyah perlu menjadi pusat literasi digital untuk membekali umat agar bijak bermedia sosial. -
Kampanye Etika Bermedia Sosial Islami
Kampanye ini menekankan nilai tabayyun, husnuzan, dan akhlaq al-karimah dalam berinteraksi secara daring. -
Pemanfaatan Media Muhammadiyah
Warga Muhammadiyah diimbau merujuk pada media resmi seperti Suara Muhammadiyah, TvMu, dan kanal digital PP Muhammadiyah sebagai sumber informasi terpercaya.
Penutup
Hoaks adalah tantangan besar bagi umat Islam, khususnya bagi warga Muhammadiyah yang menjunjung tinggi nilai keilmuan dan kebenaran. Menangkal hoaks bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga bentuk ibadah yang mencerminkan kemurnian Islam. Dengan semangat Islam berkemajuan, Muhammadiyah diharapkan menjadi garda depan dalam membangun masyarakat yang cerdas, kritis, dan bermartabat dalam menerima dan menyebarkan informasi.
0 Comments