Perpisahan dan Hamba Pemaaf
oleh : Drs. H. Syaefudin, M.Pd
Senin, 31 Maret 2025
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الله اكبر- الله اكبر- لااله الاالله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
اللهُ اكبَر كَبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا, لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه, مُخلِصِينَ لَه الدّ يْن, وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُون, وَلَو كرِهَ المُنَافِقوْن, وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن,
لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه, صَدَق ُوَعْدَه, وَنَصَرَ عبْدَه, وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه, لاالهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُ وَللهِ الحمد.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ .
َأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللهم صل وسلم عَلَيْ محمد وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
أوصيكم وإياي بتقوي الله لعاكم ترحمون .
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Marilah kita bersyukur, kita
bisa ber-Idulfitri tahun ini dalam situasi yang damai penuh limpahan rahmat
Allah Swt. Tidak seperti saudara-saudara kita di Palestina.
Salawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, teladan kita, uswah kita yang telah mencerahkan
umat dari kegelapan menuju terang-benderang mengantarkan ummat kepada risalah
Islam sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia.
Demikian juga untuk
keluarganya, para sahabat beliau, serta siapa saja yang mengikuti sunnahnya
dengan penuh keimanan dan keikhlasan sampai hari akhir nanti.
الله اكبر- الله اكبر ولله الحمد
Hadirin Rokhimakumullah…
Ramadhan baru saja berlalu.
Ada yang sedih, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada yang tidak peduli sama
sekali.
Kita memang tidak perlu
terlalu sedih dengan perginya Ramadhan, karena dia akan kembali. Akan tetapi
kita benar-benar sedih ketika dia kembali lagi, tetapi ternyata kita yang telah
pergi.
Maka, jadikanlah syiyam/
puasa kita, sebagai puasa perpisahan. Jadikanlah sholat malam/tarawih kita,
sebagai shalat malam/ tarawih perpisahan.
Masih ada hari-hari yang
tersisa meski untuk satu rakaat saja, atau satu doa saja, atau satu tetesan air
mata yang bisa mengubah kehidupan kita secara total dengan tetap menghidupkan tradisi
yang sudah terbentuk selama Ramadhan ini.
Kita hidupkan terus di
bulan-bulan ke depan. Karena, Syawal sesungguhnya adalah awal kita memulai
setelah puncak kedekatan kita bermujahadah dengan Allah SWT pada Ramadhan yang
lalu.
Oleh
karena itu, kita sambut syawal dengan penuh ceria sebagai bulan peningkatan.
Mari kita tingkatkan kebiasaan yang sudah kita latih selama Ramadhan yang lalu.
Kalau kemarin baru qiroatil quran,--kita tingkatkan ke tartil Quran,-- kalau
sudah tartil Quran, kita tingkatkan ke tadarus Quran, sampai dengan tadabbur
Alquran.
Kalau kemarin baru
tarawih sehabis salat Isya, mari teruskan dengan qiyamul-lail pada sepertiga malam-malam selanjutnya, Demikian pula
kebiasaan bersedekahnya.
Ada
rasa sedih dalam perpisahan dan ada rasa bergembira dalam pertemuan. Apakah
kita dapat berjumpa kelak di surga yang penuh kenikmatan?
Orang-orang terlahir di muka
bumi ini begitu banyak, hingga kita tidak dapat menghitungnya siapa saja yang
pernah bertemu dan berpisah dengan kita. Setidaknya ada 4 macam pertemuan:
1.
Tidak bertemu di dunia dan
tidak bertemu di akhirat,
2. Tidak
bertemu di dunia, tetapi bertemu di akhirat,
3. Bertemu
di dunia, tetapi tidak bertemu di akhirat,
4.
Bertemu di dunia, juga bertemu pula di
akhirat.
الله اكبر- الله اكبر ولله
الحمد
Pertama
(1),tidak bertemu di dunia dan tidak pula bertemu
di akhirat. Contohnya sangat banyak, semoga kita tidak usah bertemu dengan Fir’aun, Samiri (si pembuat patung anak lembu), Abu Jahal, Abu Lahab dan Abu-Abu yang lain, serta
orang-orang dzalim lainnya pada masa lampau.
Mereka
kita kenal dari Al-Quran dan referensi sejarah Islam lainnya.
Bahkan,
kaum yang ditenggelamkan pada zaman Nabi Nuh disebut dalam Al-Quran bahwa mereka pasti menjadi penghuni neraka.
مِّمَّا خَطِيئَاتِهِمْ
أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ
يَجِدُوا لَهُم مِّن دُونِ اللَّـهِ أَنصَارًا ﴿٢٥﴾
Disebabkan
kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke neraka, Mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi
mereka selain dari Allah.” (QS Nuh 71:25)
Kedua (2),
tidak bertemu di dunia, tetapi
bertemu di akhirat. Inilah yang kita harapkan. Dalam sebuah kisah, Seorang
pemuda bernama Uwais al-Qarni yang hidup di zaman Rasulullah, tidak sempat
bertemu dengan Rasulullah selama hidupnya, akan tetapi ia disebut seorang
tabi’in yakni bertemu sahabat-sahabat Nabi.
Uwais
tinggal di desa terpencil Qarni (Yaman) yang jaraknya kira 400 km ke
Madinah. Ia mengenal Islam dan mengenal Rasulullah dari orang-orang yang sudah
muslim dan dari para muballigh yang diutus Rasulullah ke negeri Yaman
(kemungkinan adalah sahabat Muadz bin Jabal dan Abu Musa al-Asy’ari).
Uwais
sangat ingin bertemu dengan Rasulullah, tetapi sebagai anak yatim yang hanya
tinggal bersama ibunya yang sudah tua renta, buta, dan lumpuh…tidak mudah untuk
meninggalkan ibunya. Berat hati untuk meninggalkan ibunya agar bisa bertemu
dengan Rasulullah.
Suatu
hari ibunya memberi izin untuk menemui Rasulullah di Madinah. Pergilah ia ke
Madinah dengan menempuh perjalanan yang jauh dan berat, tetapi sayang tak
bertemu dengan Rasulullah karena beliau sedang pergi berperang. Ia pun kembali
ke kampungnya karena pesan Ibunya untuk segera kembali.
Setelah
peperangan berakhir, Rasululla kembali ke Madinah dan Aisyah RA bercerita
tentang orang yang telah mencari beliau, ialah Uwais al-Qorni.
Nabi
langsung mengatakan “Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada
ibunya, ia adalah penghuni langit.” Para sahabat tertegun mendengar
perkataan tersebut.
Nabi
melanjutkan keterangan tentang Uwais al-Qarni, “Kalau kalian ingin berjumpa
dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.
Suatu saat apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya,
dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Uwais
al-Qarni hidup di masa Rasulullah, tidak sempat bertemu dengan beliau dan ia
sudah disebut sebagai penghuni langit yang akan bertemu nanti dengan Rasulullah
di akhirat kelak, do’anya mustajab. Sampai-sampai Umar bin Khatab minta
dido’akan Uwais al-Qarni karena pesan Rasulullah tadi.
Semoga kita seperti Uwais
al-Qorni yang akan bertemu nanti dengan Rasulullah di telaga al-Kautsar.
Di dalam hadits Shohih
riwayat Muslim no. 364:
“Wahai
Rasulullah, apakah pada hari itu Engkau dapat mengenali kami?”
Beliau
menjawab, “Ya kalian punya tanda yang tidak dimiliki oleh seorangpun dari ummat
lain. Kalian datang kepadaku dengan dahi dan kaki bercahaya putih karena
wudhu.”
Ketiga (3),
bertemu di dunia, tetapi tidak
bertemu di akhirat. Dalam
Hadits Riwayat An-Nasa’i no. 4136 dari
Kaab bin Ujrah ia berkata, Rasulullah SAW keluar menemui kami, ketika itu kami (ber-9)
bersembilan orang, lalu beliau bersabda,
“Sesungguhnya akan ada setelahku para penguasa, siapa
mempercayai kedustaan mereka, maka ia bukan termasuk golongan-ku dan aku bukan
darinya, ia tidak akan menemuiku di
telaga, dan siapa yang tidak mempercayai kedustaan mereka, dan tidak
membantu kezhaliman mereka, ia termasuk golonganku dan aku bagian darinya, ia
akan datang menemuiku di telaga.”
Hadirin,….akan
ada masanya para penguasa, politisi, majikan-majikan yang melakukan kebohongan/
kedzaliman dengan rakyat atau bawahan yang mengikutinya.
Dalam
hal ini, umat Islam berhati-hati dalam memilih para pemimpinnya, para penguasa
atau orang-orang yang mendapat amanah umat.
Begitu
pula para muslimah jangan mudah tergoda rayuan wajah tampan atau tajir,
pilihlah pasangan hidup yang bisa menjadi pemimpin keluarga yang dapat membawa
kehidupan yang diberkahi Allah SWT.
Keempat (4), bertemu di dunia, bertemu
pula di akhirat.
Orang-orang yang dekat dengan kita tentu kita
harapkan dapat bertemu pula nanti di akhirat dan pertemuan itu kita mohonkan
kepada Allah supaya bertemu di dalam surga. Aamiin.
وَالَّذِينَ آمَنُوا
وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ
ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ ﴿٢١﴾
“Orang-oranng yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam
sorga) dan Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebaikan)
mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya”. (QS at-Thur
52 : 21)
Ayat
ini menjelaskan, anak cucu orang beriman akan ditinggikan derajatnya oleh Allah
sebagaimana derajat bapak-bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak
mereka dalam surga.
Marilah kita
mantapkan diri kita dalam beriman yang lurus kepada Allah SWT. Ajak keluarga
kita, istri atau suami kita, anak dan cucu-cucu kita, keponakan, sepupu, dan
tetangga kita supaya dapat bertemu kelak di surga yang penuh kenikmatan dan
kemuliaan.
الله
اكبر- الله اكبر ولله الحمد
Hadirin
jamaah rohimakumullah...
Ada satu moment dalam setiap
lebaran, sehingga dikenal dengan istilah mudik lebaran.
Setahun sekali orang
menyiapkan diri untuk pulang kampung bertemu keluarga, sanak saudara untuk
saling memaafkan. Sekali lagi, …. untuk saling
memaafkan.
Suatu hari,
Rasulullah sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah perbincangan
dengan para sahabat, tiba-tiba Rasul tertawa ringan sampai terlihat gigi
depannya.
Umar r.a. : (yang berada di situ, bertanya),
“Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah?”
Rasulullah: (menjawab), “Aku diberitahu
malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh
sambil menundukkan kepala di hadapan Allah SWT. Salah seorang mengadu kepada
Allah SWT.
Hamba: “Ya Robb, ambilkan kebaikan dari orang ini
untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku”.
Allah: “Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan
saudaramu ini, karena sudah tidak ada kebaikan di dalam dirinya sedikitpun?”
Hamba: “Ya Robb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku
dipikul olehnya saja”.
Sampai di sini mata
Rasulullah SAW berkaca-kaca, Rasulullah tidak mampu menahan tetesan air
matanya. Beliau menangis. Lalu beliau berkata, “Hari itu adalah hari yang
begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul
dosa-dosanya”.
Rasulullah kemudian
melanjutkan kisah-nya.
Lalu Allah SWT berkata kepada orang yang
mengadu tadi,
Allah : “Sekarang angkat kepalamu,” (Orang itu mengangkat kepalanya).
Hamba:“Ya Robb aku melihat di depanku ada
istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan singgasananya terbuat
dari emas dan perak, ber-tatah-kan intan berlian. Istana-istana itu untuk Nabi
yang mana ya Robb? Untuk Siddiqien yang mana ya Robb? Untuk syuhada yang mana
ya Robb?”
Allah:“Istana itu diberikan kepada orang yang
mampu membayar harganya?”
Hamba: (Orang itu penasaran dan bertanya)
“Siapakah yang mampu membayar harganya ya Robb?”
Allah: “Engkaupun
mampu membayar harga-nya.”
Hamba:(Orang
itu terheran-heran, lalu melanjutkan pertanyaannya) “Dengan cara apa aku
membayar-nya, ya Robb?”
Allah:
“Caranya,
engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang engkau adukan
kezalimannya kepada-Ku”
Hamba: (dengan segera orang itu berkata, “Ya
Robb kini aku memaafkannya”.
Allah: “Kalau begitu, gandeng tangan saudara-mu
itu dan ajak ia masuk surga bersamamu”.
Setelah menceritakan kisah ini, Rasulullah berkata, “Bertakwalah
kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai dan saling memaafkan.
Sesungguhnya Allah SWT mendamai-kan persoalan yang terjadi di antara kaum
muslimin”
(Kisah ini diriwayatkan dalam HR Imam
Al-Hakim, dengan sanad yang sohih).
Jadi amalan yang
nilainya tinggi di hadapan Allah SWT adalah: meminta maaf, memberi maaf, dan
saling memaafkan.
Namun, diantara
ketiganya yang terberat adalah memberi maaf. Di sinilah ujian kita, kadang jabatan
kita, posisi kita, ego kita, keangkuhan kita, gengsi kita lebih menguasai diri kita,
sehingga bisa jadi kita enggan memaafkan orang lain.
Dalam Al-Quran, disebutkan
salah satu ciri orang bertaqwa adalah “والعافين عن الناس memaafkan sesama manusia.
Oleh karena itu, jika di
hari yang fitri ini kita masih memendam kebencian kepada seseorang maka maafkanlah
mereka agar makin sempurnalah ketakwaan kita kepada Allah SWT.
والكاظمين
الغيظ والعافين عن الناس والله يحب المحسنين
“Orang-orang yang mampu menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
الله
اكبر- الله اكبر ولله الحمد
Marilah di penghujung khutbah ini sejenak
kita tundukkan jiwa kita seraya berdoa penuh harap, memasrahkan jiwa yang
dungu, mengharap penuh tawadzu, keharibaan Allah yang satu.
Alhamdulillahirobbil ‘alamin Khamdassakirin, khamda yuafi
ni’amahu wayukafi’u mazidah
Ya robbana walakal khamdu
Allohumma sholli ‘ala Muhammadin
wa’ala alihi wa ashabihi wamantabiahu biikhsanin ila
yaumiddin.
Ya Allah yang Maha Rahmah
Segala puji bagi-Mu, yang senantiasa berlimpah
Dari-Mu tak pernah luput segala
makhluk dari taufik dan hidayah
Apalagi bagi hamba yang selalu berpasrah.
Ya Allah ya adzimi
Jauhkan kami dari segala penyakit hati
Penyakit benci dan arogansi
Yang akan membungkam kejernihan dan kelapangan hati-nurani kami..
Ya Allah
ya ghofur
Ampuni dan jauhkan kami dari sifat kufur
Agar kami selalu menjadi insan yang pandai bersyukur
Hindarkan pula kami dari sifat congkak dan takabur
Agar ajaran Alquran dan sunnah-Mu lekas tertabur.
Ya Allah
ya kholaqossamawat
Perkenankan kami untuk bermunajat, Menghadapm-Mu kehadirat
Jauhkan kami dari laknat dan jalan sesat,
Agar kami selalu mendekat.
Jadikan kami ummat yang taat,
Yang senantiasa Engkau limpahkan
rahmat
Berilah kami jasmani
dan rokhani yang sehat
Agar kami tetap tegak dalam berjihad
Untuk selalu tegar dalam menopang amanat.
Robbana dzolamna anfusana...
Robbana aamanna faghfirlana ...
Robbana innana aamanna..
Robbanaghfirli waliwalidayya...
Robbana aatiina mil ladunka rohmah ...
Robbana aatina fiddunya hasanah ...
Robbana taqobbal minna...
Subhaana robbika robbil izzati....
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
ربنا إننا آمنا فاغفر لنا ذنوبنا وقنا عذاب النار
ربنا آتنا من لدنك رحمة وهيئ لنا من أمرنا رشدا
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا
عذاب النار
ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم
سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين
0 Comments